Komunikasi Produktif #7: Budaya Literasi


Saya sebetulnya nggak berani bilang saya suka baca. Saya baca karena memang butuh informasi baru untuk postingan di blog atau tulisan lain di media online. Tapi suami saya beda. Dia suka baca random apa saja. Topik apa saja. Bahkan, pernah saya lihat dia baca artikel tentang matematis dalam Bahasa Inggris.

Suami saya juga orang yang update berita di mana saja. Platform berita online iya, sosial media iya. Jadi, kalau ada sesuatu yang baru, pasti saya kecipratan juga informasinya. Selanjutnya, biasanya kami kepo berjama'ah.

"Dek, ada tulisan-tulisan tentang khilafah nggak?"

Hah? Saya tercengang. Kalau tulisan semacam ini, di platform mana saja sebetulnya sudah cukup populer. Lengkap dengan pro dan kontranya. Dan akhir-khir ini memang makin panas. Saya sebetulnya nggak ngeh asal apinya dari mana sampai suami cerita tentang statement Pak Din Samsudin mengenai khilafah yang terus jadi viral.

Ini masih satu topik saja. Topik lain yang kemudian jadi obrolan panjang, riset bersama, hingga lahir menjadi tulisan sebetulnya ada banyak. Banyak sekali.

Curhatan yang masuk ke kami. Cerita-cerita tentang teman kami yang terjebak pada jalan yang keliru, semua kami bahas, cari akar persoalan, dan tindakan preventif sebagai individu maupun calon orang tua bagi anak-anak kami nanti.

Kapan ngobrolnya? Any time. Saat kami sama-sama siap untuk ngobrol. Ya waktu sarapan. Ya sebelum tidur.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.