Komunikasi Produktif #15: Marah


Kalau boleh jujur, hal yang paling nggak enak dari ngurus ini itu online adalah menimbulkan prasangka yang tidak-tidak. Seperti kejadian semalam, suami pulang ngambek berat karena saya belum tidur dan masih pegang HP. Bukan lagi main game, scrolling sosmed yang nggak penting juga. Tapi memang ada urusan online yang harus diselesaikan. Saya juga sedang mencari video tutorial untuk membuat video yang ciamik.

Masalahnya, suami saya nggak tahu itu. Beliau tahunya, pulang kerja, capek, istrinyaain HP, ditambah lagi cucian piring masih ada sisa makan sore saya.

"Adik di rumah ngapain aja sih? Kok cucian piring belum beres dari pagi? Main game mulu, nonton drakor mulu. Akhirnya kerjaan dapur nggak beres. Jangan gitu lah. Aku buang itu lama-lama HP-nya."

Itu intonasi paling horor selama kami menikah. Jadi, emosinya yang paling-paling.

Saya nggak menyalahkan suami dan tidak bisa membenarkan secara utuh diri saya sendiri. Ya, saya salah. Cucian piring belum beres. Antara lupa dan melupakan sebetulnya. Saya baru ingat pukup 10 malam dan memang malas cuci piring. Niatnya besok pagi saja.

Tapi saya juga nggak diam saja seharian di rumah. Dengan kondisi yang tidak segreng biasanya kalau pagi, saya masih berupaya untuk masak sederhana dan membersihkan dapur setelah semua aktivitas itu selesai. Tentu saja, suami saya tidak melihat hal ini. Jejaknya nggak ada. Makanan di atas meja juga sudah saya habiskan semuanya.

Saya coba jelaskan pelan-pelan. Keterbatasan kondisi saya. Kesalahan saya ada di mana. Tentu saja, tugas lain yang harus saya selesaikan malam itu juga. Kapan saya baru bisa ON secara utuh untuk mengerjakan pekerjaan-pekerjaan itu. Kesulitannya apa. Saya ceritakan semuanya dan saya meminta maaf sepenuhnya karena memang belum bisa memenuhi permintaan beliau.

Acara pembelaan diri dan meminta maaf yang kemudian berujung nangis sesenggukan nggak habis-habis. Suami yang awalnya marah kemudian memeluk saya dan menenangkan saya.

Malam itu betul-betul banyak hal nggak enak terjadi. Emosi sama orang lain. Niatnya mau cerita ke suami, malah dimarahin karena masalah lain. Perut saya juga sempat merasa aneh semalam karena emosi berlebih yang saya rasakan. Astaghfirullah...

Waktu menunjukkan pukul 2 dini hari ketika kami menyelesaikan obrolan dari A-Z. Dari klarifikasi, curhat, sampai ngobrol ringan.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.