Tantangan Kemandirian #1: Ospek


Sejujurnya, sampai detik saya menuliskan tantangan ini, saya belum nemu mau membuat tantangan kemandirian tentang apa. Saat konsultasi dengan fasilitator, beliau memberikan contoh mungkin suatu hal baru yang bisa dimulai, misal latihan naik motor atau mobil. Pasalnya, saya sudah bisa juga keduanya. Makin bingunglah saya.

Proses tantangan kemandirian itu kalau saya ingat-ingat lagi, ternyata sudah pernah saya lalui saat pertama kali menginjakkan kaki di Bogor sebagai istri Bapak Ghoffar.

Suami saya bekerja di Jakarta. Setiap hari beliau berangkat pagi pulang malam sekali karena perjalanan kurang lebih 1,5 - 2 jam dari rumah ke kantor atau sebaliknya. Artinya, lebih dari 12 jam saya akan di rumah sendiri. Mengurus rumah sendiri. Kalau ada keperluan PDAM, bayar pajak, kajian, atau acara-acara lain di hari kerja, saya harus bisa sendiri.

Saya ingat betul minggu-minggu awal saya tiba di Bogor, kami banyak jalan-jalan keliling kota. Bukan untuk kencan. Tapi untuk belajar rute Bogor. Kalau saya mau urus pajak, di sini tempatnya. Kalau saya mau urus PDAM, di situ. Kalau saya mau kajian di Elrahma, ini tempatnya. Dan masih banyak lagi.

Tapi ya namanya memori manusia itu terbatas. Belum lagi kami perginya naik mobil. Kondisinya super nyaman. Sesekali ngantuk dan sliut, hilang dari peredaran. XD

Pekan berikutnya, suami memberi saya tugas untuk pergi sendiri. Antar mertua saya ke terminal Damri dan ambil motor ke Pajajaran. Oiya, saya lupa bilang. Selama sebulan, saya tinggal bersama mertua di rumah. Karna saya menantu perempuan pertama, jadi terasa sekali perhatiannya. Apa-apa diantar. Kalau paginya sudah pamit suami mau berangkat sendiri. Tiba-tiba pas mau berangkat, mertua sudah ready untuk mengantar saya.

Waktu tugas antar mertua sendiri itu juga Ayah tanya ke suami, "Lelly nanti gimana ambil motornya? Kan belum tahu Bogor."

"Ada google map, Yah. Tenang aja."

Iya, selama kuota ada. Bawa HP, in syaa Allah nggak nyasar. Saya sebetulnya juga sudah kebelet kemana-mana sendiri. Maklum, terbiasa begitu dari kecil. Setelah nikah kok jadi lain. Kan nggak enak ya.

Saya tahu Ayah khawatir dengan saya. Tapi akhirnya ya diiyakan. Karena waktu juga sih. Ayah harus segera ke Bandara saat itu.

Tugas pertama ambil motor sendiri akhirnya berhasil. Yeeii..

Tugas selanjutnya bayar pajak yang nunggak 2 tahun dan ambil kelebihan pembayaran di PDAM. Lumayan jauh ya rutenya kalau dari rumah. Ini agak sebel juga sama suami. Katanya, "deket kok dek."

Saya nggak pakai jaket dan alat pelindung diri yang memadai. Cuma helm aja. Gataunyaaaa... Jauh sekali. Belum lagi sempat salah rute. Jadi muter-muter.

Singkat cerita, berhasil lagi. Lepas dari itu, saya lebih PD untuk keluar rumah sendiri. Suami juga mengizinkan. Malah seringan saya diminta berangkat sendiri.

Bulan pertama tinggal di Bogor rasanya seperti ospek mahasiswa baru. Pengenalan lingkungan. Ada tantangan dengan ruang lingkup yang jauh lebih besar lagi areanya.

Sekarang sih saya terbiasa apa-apa sendiri. Suami masih dong suka memberi tugas ini itu untuk saya lakukan sendiri.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.