Komunikasi Produktif #12: Pak Rombeng


Di Jawa, kami biasa menyebut tukang loak keliling dengan sebutan Pak Rombeng. Kalau di Bogor sini entah bagaimana biasanya dia di sebut.

Ngomong-ngomong soal Pak Rombeng, masih ingat nggak cerita saya dimarahin suami gara-gara asal loakin kardus ke Pak Rombeng? Singkat cerita, semua barang yang kata Pak Rombeng bisa dijual udah dibawa semuanya. Tapi, Si Bapak ini datang lagi kemarin.

"Mas, Pak Rombeng datang lagi nih."
"Ih, apa lagi sih? Orang lagi sibuk. Nggak usah dibukain pintu."

Wow. Tumben.

Tapi memang kami lagi sibuk dengan berbagai aktivitas di pagi itu. Harus segera berangkat keluar rumah untuk ke beberapa tempat juga. Pantaslah kalau suami kesal.

Sesuai perintah, saya tidak lagi menggubris salam dan panggilan Pak Rombeng dari luar. Lama kelamaan, suaranya hilang. Pak Rombeng pergi.

Tadi pagi, lagi-lagi dia datang saat suami sedang tidak ada di rumah. Kali ini, saya yang kesal.

"Mau apa lagi sih? Kan semua sudah dikasih," batin saya.

Saya diamkan saja panggilannya sampai dia pergi. Oya, hari ini saya sengaja menutup rumah rapat-rapat dari depan karena kondisi badan yang kurang bersahabat. Intinya sih, saya sedang tidak ingin menerima tamu. Tapi ternyata oh ternyata ada yang sekali lagi ingin bertamu.

Setelah Pak Rombeng pergi, saya japri suami. Melaporkan kondisi di rumah. Sekalian curhat sih.

"Kalau datang lagi, suruh ke rumah Sabtu aja. Minggu kita kondangan."

Baik. Besok ya eksekusinya. Saya harap Pak Rombeng tak lagi datang ke rumah.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.