Komunikasi Produktif #8: Berbaur


Saya bukan orang yang bisa langsung akrab dengan orang-orang baru. Biasanya, saya butuh waktu beberapa kali interaksi untuk mengeluarkan sisi gila saya.

Hari ini, seharian penuh saya menemani suami mulai dari makan siang sampai makan malam. Nggak cuma berdua dong. Kalau cuma berdua aja preambulenya nggak begitu. Hohoho..

Kebetulan suami dan beberapa rekan kerjanya ada meeting di Bogor. Mumpung ke Bogor nih, Pak Bos ngajakin sekalian main di Bogor. Ke Taman Safari, atau ke mana gitu. Kan banyak ya tempat wisata di Bogor.

Rencana awal sih, meetingnya pagi. Qadarullah, meeting diundur jadi jam 4 sore. Saya udah feeling nggak enak nih. Ini jangan-jangan nggak main nih, cuma makan doang.

"Besok meeting jam berapa?"
"Jam 4 sore."
"Terus mainnya pagi?"
"Iya."
"Yakin? Pada ngumpul di Bogor jam berapa?"
"Nggak tahu nih."

Saya menyangsikan bukan tanpa alasan sih. Suami saya biasa berangkat ke kantor jam 8, kadang jam 9, malah pernah juga jam 10. Perjalanan Bogor - Jakarta 1,5 jam. Jadi, sampai kantor udah siang banget. Kalau saya protes, suami bilang begini.

"Ngapain berangkat pagi-pagi. Orang-orang juga belum pada datang."

Tepok jidat.

Begitulah kalau kerja di start up, jam kerja fleksibel, jadi ya gitu. Mereka biasa kerja siang sampai malam. Alasannya, biasanya sulit bangun pagi. Ya gimana bisa bangun kalau malamnya begadang buat coding.

Singkat cerita, janjian main di Bogor yang awalnya jam 10 pagi dijemput di stasiun molor jadi jam 11 siang. Abis dari stasiun ke hotel tempat Pak Bos nginep.

"Bilang kita mau ke sana ya," kata suami ke temannya.
"Udah. Katanya sih tadi mandi jam 11."
"Apa? Jam 11 baru mandi? Tahu sendiri dia kalau mandi lama."

Tahu dari mana? Kantor suami itu rumah. Pak Bos dan beberapa karyawan kadang suka nginep di kantor. Dan semua orang tahu, Pak Bos kalau mandi lama banget. Sejam lebih.

Baik. Semakin siang sodara-sodara. Sedangkan jam 4 sudah harus sampai Bogor lagi untuk meeting.

Betul, sampai hotel nunggu dulu beberapa menit sampai akhirnya Pak Bos keluar. Mau ke Puncak jalannya macet parah. Akhirnya cuma makan di Cimory aja. Abis makan mereka foto-foto. Sedangkan saya dan suami nunggu di mobil.

Dari jam 11 sampai sore itu, saya bareng temen-temennya suami dong. Tapi ya gitu. Susah banget buat bisa membaur sama mereka. Macem ada gap di antara kita. Dan bingung juga mau ngomong apa.

Di mobil, saya sama suami juga jadi jarang ngomong. Merasa tidak leluasa mau ngobrol santai sama suami kalau ada orang lain. Padahal biasanya kalau di mobil tuh kami bisa cerita apa saja. Tadi enggak. Lebih banyak diamnya.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.