Komunikasi Produktif #10: Nostalgia

Hari ini jadwalnya kencan sama suami. Niatnya sih cuma beli beberapa buah dan service HP ke BTM. Tapi ternyata tujuan jadi beranak pinak. Ya belanja jeans suami, ya dinner berdua.

Pulangnya jalan-jalan menyusuri kota Bogor berdua. Menikmati lalu lalang kendaraan. Asyik mengamati orang yang malam mingguan.

"Dek, ada Ayla."

Ayla, itu bukan mobil idaman yang ingin kami beli. Tapi melihat mobil itu selalu terngiang tragedi super seru saat honeymoon ke Bali, Oktober lalu.

Kami salah jalur pulang dari Gunung Batur. Jalur yang kami lalui itu jalur yang biasa dipakai truck pasir. Sulit kalau dilalui city car macam Ayla. Hal yang super wow adalah ketika mobil kami nyangkut. Jalan ke depan nggak bisa. Mundur masuk jurang.

Waktu itu lutut udah lemes banget. Bayangan kalau akan dipanggil Allah saat itu juga udah datang. Betul-betul pasrah sepasrah-pasrahnya.

"Mas tahu nggak?"
"Apa?"
"Waktu itu aku udah pasrah banget kalau kita mati berdua masuk jurang."
"Gitu amat mikirnya."

Ya gimana nggak. Itu bener-bener di ujung jurang. Tapi alhamdulillah kami selamat.

"Itu kita baru nikah berapa bulan ya?"
"2 bulan, nggak sih?"
"Oh iya, 2 bulan. 2 bulan nikah, terus kita tewas bareng masuk jurang. Subhanallah, so sweet ya."
"Segitu amat ya sehidup sematinya."
"Hahaha iya."

Hari ini, kami bisa sama-sama tertawa mengingat apa yang pernah kami lalui bersama. Coba waktu kejadian. Serius, lutut lemes banget. Udah nggak kebayang gimana bentuk muka kami waktu itu.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.