Game Level 7 #7: Belajar Finansial dari Suami



Dulu, sebelum menikah saya punya prinsip begini, kalau uang mau habis, artinya akan datang rejeki yang lain. Prinsip ini yang menjadikan saya berani untuk tetap mengeluarkan uang, meski saya tahu keuangan saya setelah itu akan kembang kempis. Anehnya, rejeki itu memang selalu datang dan seolah memberikan napas baru ketika keuangan sudah mulai kembang kempis tadi.

Begitu menikah, saya ternyata dapat suami yang pengelolaan keuangannya rapi sekali. Semua pengeluaran dicatat. Kalau mau beli sesuatu harus diperhitungkan jauh-jauh hari. Kasih budget untuk itu. Beli barang juga yang dilihat kualitas. Kalau uang belum cukup, ya nabung dulu. Ini semua berbanding terbalik dengan saya.

Sebelum saya mengalami fase dididik suami, mertua saya sudah kasih warning. Jangan kaget kalau nanti dididik anaknya begitu. Meski sudah dikasih warning, tetap saja mengejutkan.

Kalau mau beli apa-apa disuruh pikir panjang dulu. Ini berlaku bukan hanya untuk uang yang dia kasih ke saya, termasuk ketika saya membelanjakan uang saya sendiri pun prinsip semacam ini tetap berlaku. Gimana rasanya? Gemes. Resah bukan main ketika ingin beli sesuatu tapi diminta untuk sabar dulu.

Sekali, dua kali, lambat laun saya mulai terbiasa. Dari suami, saya jadi belajar bagaimana mengelola keinginan saya untuk belanja. Bukan hanya itu, tapi juga mengelola kondisi keuangan saya pribadi. Uang belanja juga mulai tertata dengan baik.

Sekarang malah saya mulai belajar tentang investasi. Dulu, boro-boro mikir investasi, nabung aja susahnya bukan main. Suami minta saya pelajari dulu sembari mengumpulkan dana untuk investasi. Baik itu jangka panjang, maupun jangka pendek.

Tidak ada komentar:

Diberdayakan oleh Blogger.